KABAR JAWA – Bagi siapa pun yang sering berkunjung ke Yogyakarta, nama Jalan Gito-Gati mungkin sudah tidak asing lagi.
Jalan ini menjadi salah satu akses utama yang ramai dilalui, terutama bagi warga Sleman dan sekitarnya.
Dari perempatan Denggung hingga Rejodani, ruas jalan ini selalu dipadati kendaraan, baik dari warga lokal maupun wisatawan yang hendak menuju destinasi populer di kawasan utara Jogja.
Namun di balik fungsinya sebagai jalur penghubung penting, ternyata Jalan Gito-Gati menyimpan kisah sejarah yang jarang diketahui banyak orang.
Nama tersebut bukanlah sekadar penanda arah atau nama daerah, melainkan memiliki keterkaitan erat dengan dua tokoh seniman legendaris yang pernah hidup di tanah Jawa.
Bukan Nama Daerah, Melainkan Nama Tokoh Seni
Banyak orang mungkin mengira bahwa nama Gito-Gati diambil dari sebuah wilayah tertentu di Yogyakarta. Padahal, anggapan itu keliru.
Sesungguhnya, nama jalan ini merupakan bentuk penghargaan bagi dua sosok seniman kembar asal Dusun Pajangan, Desa Pandowoharjo, Kabupaten Sleman.
Mereka adalah Ki Sugito dan Ki Sugati, dua bersaudara kembar yang lahir pada tahun 1933 dari pasangan Ki Cermo Warna dan Juwok.
Sejak kecil, darah seni sudah mengalir deras dalam kehidupan mereka. Melansir dari berbagai sumber, sang ayah, Ki Cermo Warna, dikenal sebagai seorang dalang wayang kulit yang masih memiliki garis keturunan dari Brawijaya V Majapahit.
Dengan latar belakang keluarga yang kental dengan tradisi seni, tidak mengherankan jika Ki Sugito dan Ki Sugati kemudian tumbuh menjadi seniman yang diperhitungkan di Yogyakarta.
Kiprah dalam Dunia Seni
Dikenal sebagai saudara kembar yang kompak, Gito dan Gati menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang seni pertunjukan.
Keduanya tidak hanya piawai memainkan wayang, tetapi juga aktif dalam seni kethoprak yang sangat populer di masyarakat Jawa pada masa itu.
Penampilan mereka selalu berhasil menarik perhatian, sehingga nama keduanya semakin dikenal luas.
Tidak berhenti pada kiprah individu, Gito dan Gati juga ikut mendirikan Paguyuban Seni Bayu (Bagian Utara Yogyakarta).
Melalui wadah ini, mereka berperan penting dalam melestarikan budaya Jawa, khususnya wayang dan kethoprak, agar tetap hidup di tengah masyarakat.
Perjuangan mereka tidak hanya sebatas melestarikan, tetapi juga menghidupkan kembali semangat berkesenian di kalangan generasi muda pada zamannya.
Akhir Perjalanan Hidup Gito dan Gati
Kehidupan Gito dan Gati memang tidak dapat dipisahkan, bahkan hingga akhir hayat mereka. Pada tahun 1996, Ki Sugito lebih dahulu berpulang, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan dunia seni Yogyakarta.
Beberapa tahun kemudian, Ki Sugati yang didiagnosis menderita stroke, akhirnya wafat pada 18 Oktober 2009. Kepergian mereka menjadi kehilangan besar bagi dunia seni tradisional Jawa.
Namun jasa dan dedikasi Gito dan Gati tidak berhenti begitu saja. Sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan mereka dalam melestarikan seni budaya, pemerintah Kabupaten Sleman pada 15 Mei 2011 secara resmi mengabadikan nama keduanya menjadi nama ruas jalan, yaitu Jalan Gito-Gati.
Keputusan ini tidak hanya menjadi tanda penghargaan, tetapi juga cara agar nama Gito dan Gati terus dikenang lintas generasi.
Jalan Legendaris dengan Makna Mendalam
Kini, setiap orang yang melintasi Jalan Gito-Gati sesungguhnya sedang melewati jejak sejarah dua seniman kembar legendaris.
Nama jalan ini bukan sekadar papan penunjuk arah atau jalur lalu lintas, melainkan simbol penghargaan atas dedikasi seniman tradisi yang pernah memberi warna besar bagi kebudayaan Yogyakarta.
Kehadiran nama Gito-Gati di ruang publik juga menjadi pengingat bahwa seni tradisional memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Jalan yang kini ramai oleh lalu lintas kendaraan itu sejatinya menyimpan kisah perjalanan panjang, mulai dari kelahiran sepasang seniman kembar, kiprah mereka dalam seni wayang dan kethoprak, hingga akhirnya nama mereka diabadikan untuk selamanya.
Berasal dari Nama Seniman Kondang Jogja
Jadi kesimpulannya, asal-usul Jalan Gito-Gati merupakan nama dari seniman kondang di Jogja yaitu Ki Sugito dan Ki Sugati.
Yang jelas, hal ini bakal memberikan pelajaran berharga bahwa sebuah nama jalan tidak selalu muncul tanpa makna.
Di baliknya, ada kisah kehidupan, perjuangan, dan jasa tokoh yang telah memberikan sumbangsih besar di Jogja.
Seniman kembar tersebut adalah bukti bahwa dedikasi dalam melestarikan seni dapat dikenang sepanjang masa, bahkan melalui nama sebuah jalan yang kini dikenal luas oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.
Maka, setiap kali melintasi Jalan Gito-Gati, ingatlah bahwa jalan tersebut bukan hanya sekadar jalur penghubung, melainkan juga sebuah penghormatan terhadap dua seniman yang telah mengabdikan hidup mereka demi kelestarian budaya Jawa.***
Game Center
Game News
Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime