KABARJAWA – Angin dari perbukitan karst meniup lembut rambut perak Jakiem Asmowijoyo, pria 71 tahun asal Belanda keturunan Jawa. Di hadapannya terhampar tanah leluhur yang selama ini hanya ia kenal dari cerita turun-temurun.
Jakiem bukan turis biasa. Ia adalah generasi ketiga keturunan Jawa yang besar di Suriname dan menetap di Belanda selama lebih dari lima dekade.
Meski lahir dan hidup jauh dari Indonesia, darah Jawa tetap mengalir kuat dalam dirinya. Kedatangannya ke Gunungkidul menjadi perjalanan batin yang lama ia nantikan.
Kisah Jakiem Asmowijoyo dan Hank Hadikromo
Kisah keluarga Jakiem bermula pada tahun 1890, ketika kakeknya, seorang pemuda dari Blitar, Jawa Timur, memilih melarikan diri dari tekanan kolonial Belanda.
Ia kabur ke Suriname setelah menolak perjodohan dengan gadis pilihan orang tuanya. Ia ingin menikahi perempuan yang benar-benar ia cintai.
Sesampainya di Suriname, kakek Jakiem bekerja sebagai buruh kebun tebu. Hidup keras ia jalani demi membangun masa depan. Ia dan istrinya membesarkan enam anak, sambil terus memegang nilai-nilai Jawa yang ia bawa dari tanah kelahirannya.
“Ayah saya cerita, waktu kecil ia berjualan keliling desa naik sepeda. Walau hidup sulit, semua anaknya bisa sekolah. Itu yang jadi warisan terbesar: semangat belajar,”kenang Jakiem.
Meski tumbuh di Suriname dan dewasa di Belanda, Jakiem tak pernah melupakan akarnya. Ibunya yang lahir di Solo selalu membiasakan anak-anaknya berbicara dalam bahasa Jawa.
Di rumah, keluarga Jakiem masih rutin mengadakan tumpengan, nonton wayang, hingga menyajikan campursari.
“Orang Jawa itu harus tahu jawanya,” tegas Jakiem. “Budaya itu harta. Kalau kita buang, kita kehilangan jati diri.”
Di Belanda, Jakiem menjadi koordinator komunitas budaya Jawa sejak 2014. Ia aktif memperkenalkan kesenian Jawa seperti wayangan dan jogetan kepada anak-anak keturunan Jawa di Eropa. Ia percaya, warisan budaya hanya bisa hidup kalau terus diajarkan.
“Saya selalu bilang, ajak anak belajar bahasa Jawa, walau cuma 10 menit sehari, Supaya mereka tahu asal-usulnya,”ujar dia.
Meskipun sudah 15 kali mengunjungi Indonesia, Pria Belanda asal Suriname Hank Hadikromo, mengaku belum pernah ke Blitar – tanah asal kakeknya. Namun, tahun ini, ia memutuskan untuk mengunjungi Gunungkidul, daerah yang dulu hanya ia kenal sebagai “desa kecil” di Yogyakarta. Ternyata, tempat ini memberikan kejutan besar dalam hidupnya.
“Saya kira Jogja itu kota. Tapi Gunungkidul… ini luar biasa. Gunung, sawah, orangnya ramah. Saya merasa seperti pulang, meski baru pertama ke sini,”kata Hank sambil tersenyum lebar.
Perjalanan ke Gunungkidul bukan sekadar wisata. Bagi Hank, ini adalah napak tilas untuk menyentuh jejak para leluhurnya, memahami tanah yang dahulu mereka tinggalkan demi hidup yang lebih baik.
Saat mengunjungi tempat-tempat budaya di Gunungkidul, seperti sanggar seni dan masjid tua yang masih menjaga tradisi kejawen, Hank tak kuasa menahan haru. Ia menyaksikan bagaimana budaya Jawa tetap hidup meski waktu terus berganti.
“Di sini saya lihat orang masih memegang adat. Ada pemimpin tradisi yang mengurus masjid dan menjaga budaya sekaligus. Itu luar biasa,”kata Hank.
Ia mengaku belum bertemu sanak saudara karena garis keluarga mereka telah lama tercerai oleh jarak dan waktu. Meski begitu, hatinya penuh kebahagiaan.
“Ketemu sedulur itu harapan, tapi merasakan suasana Jawa langsung… itu sudah seperti bertemu diri saya sendiri,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Sebelum pensiun, Hank bekerja di sebuah perusahaan transportasi truk di Belanda. Kini, di masa tuanya, ia memilih mengabdikan diri untuk memperkuat akar budayanya. Ia terus mendorong generasi muda keturunan Jawa di Eropa untuk tidak melupakan asal-usul mereka.
“Banyak anak muda sekarang hanya tahu modern. Tapi kalau mereka tahu leluhurnya hebat, mereka akan bangga,” katanya.
Perjalanan Hank ke Gunungkidul menjadi simbol dari pencarian identitas yang tak pernah padam. Ia membawa pesan penting bahwa budaya adalah tali pengikat yang tak boleh putus, meski dipisah samudra dan generasi.
“Kalau kita orang Jawa, jangan lupa jawanya. Karena dari situlah kita berasal, dan ke sanalah kita akan kembali,” tutup Hank. (ef linangkung)
Game Center
Game News
Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime