Kabar Jawa – Bagi masyarakat Jawa, malam Satu Suro adalah malam penuh energi gaib sehingga banyak orang memilih diam di rumah demi keselamatan spiritual dan menjaga tradisi leluhur.
Dalam budaya Jawa, malam Satu Suro—atau malam pertama bulan Suro dalam kalender Jawa—juga disebut malam 1 Muharram.
Masyarakat Jawa mempercayai malam ini penuh kekuatan gaib dan keramat, sehingga beberapa pantangan ketat diberlakukan, salah satunya adalah larangan keluar rumah selama malam tersebut. Berikut penjelasan lengkapnya.
Apa Itu Malam Satu Suro?
Satu Suro merupakan hari pertama tahun baru dalam kalender Jawa, yang umumnya bertepatan dengan malam 1 Muharram.
Tradisi ini merujuk pada awal bulan Suro dalam penanggalan Jawa, dan menjadi malam yang dianggap sangat sakral dan mistis. Banyak mitos dan ritual spiritual di sekitarnya berkaitan dengan refleksi diri dan penghormatan leluhur.
Alasan Larangan Keluar Rumah
1. Energi Gaib pada Puncaknya
Masyarakat Jawa percaya bahwa malam Satu Suro adalah waktu terbukanya pintu dunia gaib, saat roh leluhur dan makhluk halus berkeliaran bebas. Karena itu, keluar rumah dianggap berisiko bertemu dengan energi haram atau bahkan makhluk gaib.
2. Kedatangan pasukan Nyi Roro Kidul
Legenda menyebutkan bahwa Nyi Roro Kidul, Ratu Pantai Selatan, dan pasukannya turun pada malam itu menuju Merapi atau keraton. Berjalan di luar saat malam tersebut diklaim bisa membuat seseorang terserang aura negatif dari keluarganya.
3. Perlindungan spiritual dan refleksi
Budayawan mengartikan pantangan ini sebagai cara masyarakat untuk bermuhasabah: diam di dalam rumah, menghindari konflik, dan memperkuat ikatan keluarga serta spiritual pada malam pergantian tahun baru Jawa.
Larangan Lain juga Ditegakkan
Selain tidak keluar rumah, masyarakat Jawa menjunjung beberapa pantangan penting selama malam Satu Suro:
- Tidak berkata kasar atau berisik — ucapan buruk dianggap memiliki kekuatan magis.
- Tidak mengadakan hajatan atau acara seperti pernikahan atau sunatan, karena dipandang menyeramahi nuansa sakral malam itu.
- Tidak membangun atau pindah rumah, karena diyakini mengundang energi negatif.
Ritual dan Kegiatan Spiritual
Sebagai pengganti aktivitas luar, tradisi malam Satu Suro diisi dengan berbagai ritual mistis dan introspektif:
- Tirakatan atau tapa bisu, yakni bermeditasi dalam keheningan sepanjang malam
- Jamasan pusaka, penyucian benda pusaka seperti keris agar terbebas dari energi negatif
- Doa bersama dan introspeksi keagamaan, memperkuat ikatan rohani dan mengharap keselamatan di tahun baru
Kepercayaan vs Realitas: Mitos atau Nilai Filosofis?
Meskipun banyak yang menganggap larangan ini sebagai mitos masyarakat, kenyataannya tecermin dalam budaya dan psikologi Jawa. Mereka menyelaraskan tradisi dengan nilai introspeksi, kehati-hatian, dan solidaritas keluarga. Budayawan Tundjung W. Sutirto menganggap ajakan tersebut sebagai pengingat spiritual pada pergantian tahun yang kedua sisi, yakni mitos sekaligus pelajaran
Larangan keluar rumah pada malam Satu Suro bukan sekadar tradisi tanpa makna. Ia meliputi rangkaian nilai budaya yang mengajak kita untuk introspeksi, menjaga keharmonisan keluarga, dan menghormati kekuatan spiritual yang diyakini ada.
Baik dianggap mitos maupun budaya luhur, malam ini tetap menyimpan nilai pembelajaran dan refleksi diri yang penting dalam kehidupan masyarakat Jawa.
***
Game Center
Game News
Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime