Nilai Tukar Petani Peternakan Anjlok 1,46 Persen Menjadi 99,00


Peternakan Ayam/Foto: ef linangkung

KABARJAWA – Petani dan peternak Daerah Istimewa Yogyakarta menahan napas panjang pada Juni 2025. Kepala BPS DIY Herum Fajarwati mengungkapkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) DIY turun 0,37 persen menjadi 105,80 dari bulan sebelumnya 106,19.

Angka tersebut menandakan petani DIY semakin terjepit karena daya beli mereka melemah di tengah kenaikan harga kebutuhan hidup.

Penyebab Nilai Tukar Petani Turun

Herum menegaskan bahwa penurunan NTP terjadi karena kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) lebih tinggi daripada kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It).

Petani hanya menerima kenaikan harga jual hasil tani sebesar 0,38 persen, sedangkan mereka harus membayar kenaikan harga kebutuhan hidup dan biaya produksi hingga 0,75 persen.

Subsektor tanaman pangan terpukul hebat. NTP tanaman pangan turun 0,38 persen menjadi 100,75. Petani padi sempat sedikit lega karena harga gabah naik 1,44 persen.

Namun, petani palawija harus menahan kecewa karena harga palawija justru turun 1,30 persen. Di saat yang sama, biaya konsumsi rumah tangga mereka melonjak 1,07 persen meskipun biaya produksi menurun tipis 0,04 persen.

NTP yang Naik

Subsektor hortikultura masih bisa bernapas lega. Herum menjelaskan bahwa NTP hortikultura naik 0,66 persen menjadi 136,09.

Petani hortikultura menikmati kenaikan harga bawang merah, cabai rawit, melon, kacang panjang, dan alpukat. Pendapatan mereka terdongkrak 1,29 persen, meski biaya yang mereka keluarkan juga naik 0,63 persen.

Petani perkebunan rakyat juga menuai kabar baik. NTP subsektor perkebunan rakyat naik 1,21 persen menjadi 136,26 karena harga kelapa, tembakau, dan tebu naik hingga 1,72 persen, jauh melampaui kenaikan biaya mereka yang hanya 0,50 persen.

“Tapi, peternak DIY menelan pil pahit paling pahit,” ujar dia.

NTP Peternakan

Herum menegaskan bahwa NTP peternakan anjlok 1,46 persen menjadi 99,00. Harga ayam ras pedaging, sapi potong, ayam kampung, kambing, dan telur burung puyuh turun, sementara biaya produksi dan kebutuhan rumah tangga mereka justru merangkak naik tanpa ampun.

Nasib nelayan DIY juga tak kalah memilukan. NTP perikanan turun 0,37 persen menjadi 93,53. Harga ikan tangkap turun 0,40 persen, sedangkan harga ikan budidaya hanya naik tipis 0,08 persen.

Nelayan menghadapi kenaikan harga kebutuhan rumah tangga sebesar 0,89 persen dan kenaikan biaya produksi 0,06 persen.

Herum menambahkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pedesaan DIY naik 0,94 persen pada Juni 2025 menjadi 130,69.

Kenaikan harga paling tajam terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,85 persen, diikuti biaya pakaian, perlengkapan rumah tangga, hingga jasa lainnya.

Ia menekankan bahwa kondisi ini menunjukkan petani, peternak, dan nelayan DIY semakin tertekan oleh inflasi dan biaya hidup yang melambung tinggi.

Secara nasional, DIY termasuk dalam 28 provinsi yang mengalami penurunan NTP. Jawa Timur mencatat kenaikan NTP tertinggi sebesar 2,75 persen, sedangkan Sulawesi Tenggara mengalami penurunan terdalam hingga 2,84 persen.

Herum menutup pernyataannya dengan seruan keras. Ia meminta pemerintah segera menyiapkan kebijakan konkret untuk menahan laju inflasi konsumsi pedesaan dan menjaga kestabilan harga jual hasil tani.

Ia khawatir jika kondisi ini terus berlanjut, maka kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan DIY akan semakin terpuruk pada semester kedua 2025. (ef linangkung)



Game Center

Game News

Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime

Gaming Center